Slider

Makna Filosofis Ungkapan Jawa "Ojo Dumeh" dalam Kehidupan Sehari-hari

sombong

Ungkapan "ojo dumeh" dalam bahasa Jawa memiliki arti "jangan merasa sombong" atau "jangan meremehkan orang lain". Ungkapan ini mengandung pesan moral agar seseorang tidak bersikap tinggi hati atau berbuat seenaknya hanya karena merasa memiliki kelebihan, baik dalam hal kekuasaan, status, harta, atau pengetahuan.

Secara lebih mendalam, "ojo dumeh" adalah nasihat untuk selalu rendah hati dan mengingat bahwa setiap orang memiliki kedudukan yang sama di hadapan Allah, sebagai hamba Allah, meskipun ada perbedaan dalam posisi atau keadaan di dunia ini.

Dalam kehidupan sehari-hari, khususnya di budaya Jawa, terdapat banyak ungkapan yang sarat makna dan nasihat bijak. Salah satu ungkapan yang sering terdengar adalah "ojo dumeh". Jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, frasa ini memiliki arti "jangan merasa sombong" atau "jangan meremehkan orang lain". Ungkapan ini tidak hanya sekadar peringatan untuk menjaga sikap, tetapi juga mengandung filosofi mendalam yang mencerminkan ajaran moral penting dalam kehidupan bermasyarakat.

Ojo Dumeh: Pesan Universal tentang Kerendahan Hati

"Ojo dumeh" terdiri dari dua kata, yakni "ojo" yang berarti "jangan" dan "dumeh" yang secara harfiah bisa diterjemahkan sebagai "karena". Namun, dalam konteks budaya Jawa, "dumeh" mengandung arti yang lebih luas, yaitu "merasa berhak" atau "bertindak semena-mena karena sesuatu". Dengan demikian, "ojo dumeh" memiliki makna lengkap: jangan bertindak semena-mena hanya karena kamu memiliki kelebihan—baik itu kekuasaan, status, harta, atau pengetahuan.

Pesan ini bersifat universal dan tidak terbatas hanya pada budaya Jawa. Setiap masyarakat di dunia menilai sikap rendah hati sebagai salah satu karakter yang terpuji. Ungkapan ini mengingatkan kita agar tidak memanfaatkan kelebihan atau posisi kita untuk merendahkan atau merugikan orang lain. Sikap "dumeh" berpotensi memunculkan kesombongan, ketidakpedulian terhadap sesama, dan bahkan penyalahgunaan kekuasaan.

Relevansi Ojo Dumeh dalam Berbagai Aspek Kehidupan

  • Dalam Kehidupan Sosial

Dalam hubungan sosial, "ojo dumeh" mengajarkan kita untuk selalu menghormati orang lain, apapun latar belakangnya. Misalnya, seseorang yang berada di posisi jabatan tinggi diharapkan tidak memandang rendah orang-orang yang berada di bawahnya. Mengingat bahwa setiap individu memiliki peran dan kontribusi masing-masing dalam kehidupan, sikap menghargai dan tidak merasa lebih baik dari orang lain menjadi sangat penting untuk menjaga harmoni sosial.

  • Dalam Dunia Kerja

Di dunia profesional, pesan "ojo dumeh" relevan dalam konteks hubungan antara atasan dan bawahan. Seorang manajer, misalnya, meskipun memiliki kekuasaan untuk memberikan perintah, harus tetap menunjukkan sikap hormat dan tidak meremehkan bawahannya. Seorang pemimpin yang baik bukanlah yang bertindak otoriter karena merasa memiliki kuasa, melainkan yang mampu bersikap adil dan bijak, serta mau mendengar masukan dari timnya.

Sebaliknya, karyawan yang memiliki keahlian khusus atau prestasi tertentu juga diingatkan untuk tidak bersikap "dumeh", yakni tidak merasa lebih unggul dari rekan-rekannya. Dalam dunia kerja, setiap orang perlu bekerja sama dan saling menghargai, terlepas dari kelebihan atau kekurangan masing-masing individu.

  • Dalam Pendidikan

Dalam dunia pendidikan, "ojo dumeh" bisa diaplikasikan oleh baik guru maupun murid. Seorang guru tidak boleh merasa superior karena posisinya sebagai pengajar, dan sebaliknya, murid juga tidak boleh merasa tinggi hati karena memiliki pengetahuan atau prestasi yang lebih. Dalam suasana belajar, sikap saling menghargai dan rendah hati akan menciptakan lingkungan yang kondusif bagi perkembangan intelektual dan moral.

  • Dalam Kehidupan Beragama

Di ranah spiritual, ajaran "ojo dumeh" sangat relevan. Tidak peduli seberapa taatnya seseorang dalam menjalankan ibadah, ia tetap diingatkan untuk tidak memandang rendah orang lain yang mungkin belum berada di tingkat yang sama dalam hal religiositas. Setiap orang memiliki perjalanan spiritual yang berbeda, dan tidak ada yang berhak merasa lebih baik atau lebih dekat dengan Allah dibanding orang lain.

Dampak Negatif dari Sikap Dumeh

Sikap "dumeh", jika tidak dikendalikan, dapat membawa berbagai dampak negatif. Beberapa di antaranya adalah:

  • Kehancuran Hubungan Sosial, Sikap meremehkan orang lain dapat merusak hubungan sosial. Orang yang bersikap sombong cenderung dijauhi oleh orang-orang di sekitarnya karena tidak menciptakan kenyamanan dalam berinteraksi. Ini bisa berdampak pada isolasi sosial dan ketidakmampuan untuk membangun hubungan yang sehat dengan orang lain.
  • Penyalahgunaan Kekuasaan, Dalam konteks kekuasaan, "dumeh" sering kali menyebabkan penyalahgunaan wewenang. Orang yang merasa lebih kuat atau lebih berkuasa bisa cenderung memperlakukan orang lain dengan sewenang-wenang. Ini dapat merusak tatanan sosial dan menimbulkan ketidakadilan yang akhirnya merugikan masyarakat secara luas.
  • Kesombongan yang Merugikan Diri Sendiri, Sikap "dumeh" juga dapat merugikan individu yang bersangkutan. Orang yang sombong dan merasa lebih dari orang lain sering kali mengabaikan kesempatan untuk belajar dan berkembang. Mereka mungkin enggan mendengarkan kritik atau saran, yang pada akhirnya membuat mereka terjebak dalam stagnasi dan tidak mampu memperbaiki diri.

Cara Menghindari Sikap Dumeh

Untuk menghindari sikap "dumeh", ada beberapa hal yang bisa kita lakukan:

  • Refleksi Diri ,Selalu melakukan introspeksi dan menyadari bahwa setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Tidak ada yang sempurna, dan setiap orang berharga dalam posisinya.
  • Belajar dari Orang Lain, Bersikap terbuka terhadap masukan dan kritik. Menyadari bahwa meskipun kita mungkin ahli dalam satu bidang, masih banyak hal lain yang bisa kita pelajari dari orang lain.
  • Bersyukur, Rasa syukur atas apa yang dimiliki dapat mencegah kita dari sikap sombong. Dengan bersyukur, kita akan lebih menghargai setiap hal yang kita terima dan tidak merasa lebih dari orang lain.
  • Membantu Sesama, Melibatkan diri dalam kegiatan sosial atau membantu orang lain adalah salah satu cara efektif untuk meredam ego dan menjaga sikap rendah hati. Ketika kita melihat tantangan yang dihadapi orang lain, kita akan lebih mudah untuk tidak merasa lebih baik dari mereka.

Ungkapan "ojo dumeh" adalah salah satu kearifan lokal yang masih sangat relevan dalam kehidupan modern. Filosofi ini mengajarkan pentingnya kerendahan hati dan sikap menghormati orang lain, terlepas dari posisi atau status kita. Dalam dunia yang sering kali diwarnai dengan kompetisi dan ambisi, "ojo dumeh" mengingatkan kita untuk selalu menjaga integritas moral dan etika sosial. Sikap rendah hati bukan hanya mencerminkan karakter yang baik, tetapi juga membangun hubungan yang sehat dan harmonis dengan sesama.

"Ojo Dumeh" dalam Perspektif Ajaran Islam

Filosofi "ojo dumeh" yang mengajarkan kerendahan hati dan penghindaran dari kesombongan, ternyata memiliki keselarasan dengan ajaran Islam. Dalam Islam, kesombongan atau "kibr" adalah salah satu sifat yang sangat dilarang. Bahkan, dalam banyak hadits dan ayat Al-Qur'an, Allah secara tegas melarang hamba-Nya bersikap sombong dan berbangga diri. Hal ini karena kesombongan menghalangi seseorang dari memperoleh petunjuk dan mendekatkan diri kepada Allah, serta dapat merusak hubungan dengan sesama manusia.

Larangan Kesombongan dalam Islam

Dalam Al-Qur'an, Allah berfirman:

"Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia karena sombong, dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri." (QS. Luqman: 18)

Ayat ini menegaskan bahwa kesombongan adalah sikap yang tidak disukai oleh Allah. Kesombongan membuat seseorang merasa lebih baik dari orang lain, dan ini sangat bertentangan dengan nilai-nilai Islam yang mengajarkan persaudaraan, keadilan, dan kehormatan terhadap sesama manusia.

"Ojo Dumeh" dan Konsep Tawadhu dalam Islam

Filosofi "ojo dumeh" dapat disamakan dengan konsep tawadhu' dalam Islam, yang berarti kerendahan hati. Tawadhu' adalah sikap yang dianjurkan dalam Islam, di mana seseorang selalu menempatkan dirinya dalam keadaan rendah hati, baik di hadapan Allah maupun sesama manusia.

Rasulullah SAW bersabda:

"Sesungguhnya Allah mewahyukan kepadaku agar kalian bersikap tawadhu' (Rendah Hati), hingga tidak ada seorang pun yang merasa lebih dari yang lain, dan tidak saling menganiaya." (HR. Muslim)

Hadits ini menekankan bahwa sikap tawadhu' adalah kunci untuk menjaga keharmonisan dalam masyarakat. Ketika setiap orang menghindari rasa sombong dan merasa lebih baik dari yang lain, maka akan tercipta hubungan yang saling menghormati dan membantu.

Manfaat Kerendahan Hati dalam Islam

Dicintai Allah dan Sesama Islam mengajarkan bahwa orang yang tawadhu' akan dicintai oleh Allah dan dihormati oleh sesama manusia. Sebaliknya, orang yang sombong akan dijauhi dan tidak disukai. Rasulullah SAW bersabda:

"Tidaklah bertambah seseorang dengan kemaafan kecuali kemuliaan. Dan tidaklah seseorang merendah hati karena Allah kecuali Allah akan meninggikan derajatnya." (HR. Muslim)

Hadits ini mengajarkan bahwa semakin seseorang merendahkan hatinya karena Allah, semakin tinggi derajatnya di sisi Allah dan di mata manusia.

  • Mendapatkan Ilmu, Sikap rendah hati juga membuka pintu bagi seseorang untuk terus belajar dan memperoleh ilmu. Orang yang sombong sering kali menutup diri dari pelajaran baru karena merasa sudah tahu segalanya. Sebaliknya, orang yang rendah hati akan selalu merasa butuh untuk belajar dari siapa pun, tanpa memandang status sosial atau latar belakang.
  • Menciptakan Kehidupan yang Harmonis, Ketika setiap individu dalam masyarakat menghindari sikap sombong dan menerapkan "ojo dumeh" atau tawadhu', akan tercipta kehidupan yang lebih harmonis. Tidak ada yang merasa lebih baik atau lebih tinggi dari yang lain, sehingga konflik dapat diminimalkan dan kebersamaan bisa terjalin dengan kuat.

Filosofi "ojo dumeh" yang mengajarkan kerendahan hati dan menghindari sikap meremehkan orang lain, memiliki kaitan yang sangat erat dengan ajaran Islam. Dalam Islam, sikap sombong adalah salah satu dosa besar yang sangat dikecam, sementara kerendahan hati atau tawadhu' adalah sifat yang sangat dianjurkan. Sikap rendah hati tidak hanya membuat seseorang lebih dekat dengan Allah, tetapi juga membawa keberkahan dalam hubungan dengan sesama manusia.

Dengan menghindari sikap "dumeh" atau sombong, kita tidak hanya menjaga hubungan sosial yang baik, tetapi juga meraih kemuliaan di sisi Allah. Seperti yang diajarkan dalam Islam, kerendahan hati adalah kunci untuk mendapatkan cinta Allah dan rahmat-Nya, serta menciptakan kehidupan yang damai dan harmonis di dunia ini.

Baca Juga

News