Slider

Kemenangan Trump dan Masa Depan Konflik Palestina

trump

Oleh Kang Zamzam Irfan
Pengamat Sosial Politik dan Pendidikan


Kemenangan Donald Trump dalam pemilihan Presiden Amerika Serikat 2024 sekali lagi membuka perdebatan terkait kebijakan luar negeri AS, terutama mengenai konflik Palestina-Israel. Selama masa jabatan sebelumnya, kebijakan Trump banyak dikritik karena sangat pro-Israel, mulai dari pengakuan Yerusalem sebagai ibu kota Israel hingga pemindahan Kedutaan Besar AS ke sana pada 2018. Langkah ini secara efektif memperkeruh situasi di Timur Tengah, memicu reaksi keras dari berbagai negara, dan semakin menjauhkan harapan solusi dua negara bagi Palestina.

Dengan kembalinya Trump ke Gedung Putih, muncul pertanyaan mendasar: Akankah kebijakannya terhadap konflik Palestina-Israel tetap sama, atau justru mengalami perubahan? Ini menjadi perhatian serius bagi komunitas internasional, terutama negara-negara yang mendukung kemerdekaan Palestina.

Sikap Pro-Israel yang Berpotensi Memperburuk Konflik

Kebijakan Trump pada masa jabatan sebelumnya sangat jelas condong ke Israel, dengan dukungan terbuka terhadap kepemimpinan Benjamin Netanyahu dan pengesahan proyek permukiman Yahudi di Tepi Barat, wilayah yang diakui oleh hukum internasional sebagai bagian dari Palestina. Langkah-langkah ini tidak hanya merusak negosiasi damai, tetapi juga mengubah dinamika kekuasaan di Timur Tengah.

Trump juga mendorong perjanjian normalisasi antara Israel dan beberapa negara Arab dalam rangkaian kesepakatan yang dikenal sebagai "Abraham Accords". Meskipun kesepakatan ini dianggap sebagai terobosan diplomatik, sebagian pihak melihatnya sebagai pengkhianatan terhadap perjuangan Palestina, karena kesepakatan ini dilakukan tanpa menyertakan pemenuhan hak-hak Palestina yang telah lama diperjuangkan.

Jika kebijakan serupa diterapkan kembali pada masa jabatan kedua, maka kita bisa melihat adanya peningkatan ketegangan di kawasan. Israel kemungkinan akan merasa lebih bebas melakukan ekspansi permukiman, yang berpotensi semakin mendelegitimasi hak-hak Palestina atas tanah mereka sendiri. Kemenangan Trump bisa memperparah krisis kemanusiaan di Gaza dan Tepi Barat, yang selama ini sudah dilanda kemiskinan dan kekerasan.

Potensi Ketidakstabilan dan Reaksi Global

Kemenangan Trump berpotensi meningkatkan ketidakstabilan di Timur Tengah, terutama di Palestina. Kebijakan yang terus mendukung Israel tanpa mempertimbangkan hak-hak Palestina hanya akan memicu kemarahan dan kebencian, tidak hanya di Palestina, tetapi di seluruh dunia Muslim. Hal ini bisa menimbulkan gelombang protes baru di berbagai belahan dunia, meningkatkan potensi kekerasan dan serangan balasan dari kelompok-kelompok perlawanan.

Namun, tidak dapat diabaikan bahwa beberapa negara besar Arab seperti Uni Emirat Arab dan Bahrain sudah menormalisasi hubungan dengan Israel di bawah dorongan Trump. Jika hal ini berlanjut, kita bisa menyaksikan lebih banyak negara yang mengikuti langkah ini, sehingga isolasi diplomatik Palestina bisa semakin mendalam.

Harapan Tipis bagi Palestina

Bagi Palestina, kembalinya Trump ke tampuk kekuasaan mungkin membawa harapan yang sangat tipis. Setelah bertahun-tahun berjuang dan menunggu negosiasi yang adil, Palestina mungkin melihat masa jabatan kedua Trump sebagai kemunduran besar. Mereka akan kesulitan menavigasi diplomasi internasional, terutama dengan dukungan AS yang sangat kuat terhadap Israel.

Namun, jika Trump berhasil membangun kembali diplomasi Timur Tengah dengan memasukkan Palestina dalam agenda, ini bisa menjadi kesempatan bagi Palestina untuk mendapatkan kembali sebagian ruang diplomasi mereka. Meski peluangnya kecil, kekuatan diplomatik global harus berusaha memanfaatkan setiap celah untuk memajukan solusi yang adil bagi kedua belah pihak.

Harapan pada Keseimbangan Internasional

Kemenangan Trump memang menciptakan ketidakpastian baru dalam konflik Palestina-Israel. Namun, peran komunitas internasional menjadi lebih krusial dalam situasi ini. Negara-negara seperti Indonesia dan para pendukung hak-hak Palestina harus semakin gencar menyuarakan pentingnya penyelesaian konflik berdasarkan keadilan dan kesetaraan.

Dalam dunia yang semakin multipolar, Trump tidak akan bisa bertindak sepihak tanpa mendapat perhatian dari pemain global lainnya. Ini bisa menjadi peluang bagi Palestina untuk mencari dukungan lebih luas dari negara-negara besar yang bersikap netral atau mendukung kemerdekaan Palestina.

Namun, apakah Palestina akan mendapatkan keadilan di bawah pemerintahan Trump yang baru? Sepertinya tidak akan atau sangat tergantung pada bagaimana Trump akan memainkan kartunya dalam konflik yang sudah berlangsung puluhan tahun ini.

Baca Juga

News