Slider

Bacharuddin Jusuf Habibie: Sang Teknokrat yang Menjadi Presiden Indonesia


Bacharuddin Jusuf Habibie, atau dikenal sebagai B.J. Habibie, adalah presiden ketiga Republik Indonesia. Lahir di Parepare, Sulawesi Selatan pada 25 Juni 1936, Habibie dikenal sebagai seorang teknokrat dan ilmuwan di bidang teknologi aviasi internasional.

Sebelum terjun ke dunia politik, Habibie menjabat sebagai Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) selama 20 tahun di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto. Pada 21 Mei 1998, Habibie dilantik sebagai wakil presiden setelah Try Sutrisno mengundurkan diri.

Ketika Soeharto mengundurkan diri di hari yang sama, Habibie naik jabatan menjadi presiden. Masa jabatannya terbilang singkat, yaitu 1 tahun 5 bulan, dan berakhir pada 20 Oktober 1999 saat Abdurrahman Wahid (Gus Dur) terpilih sebagai presiden.

Habibie merupakan presiden pertama Indonesia yang berasal dari luar Jawa dan etnis Gorontalo. Ia dikenal sebagai sosok yang cerdas dan visioner, dengan berbagai kontribusinya di bidang teknologi dan penerbangan.

Sebagai penghormatan atas jasa-jasanya, Pemerintah Provinsi Gorontalo membangun Monumen B.J. Habibie di depan Bandar Udara Djalaluddin. Masyarakat Gorontalo juga mengusulkan nama B.J. Habibie untuk digunakan sebagai nama Universitas Negeri Gorontalo.

Meskipun masa jabatannya singkat, B.J. Habibie meninggalkan jejak yang tak terhapuskan dalam sejarah Indonesia. Ia menjadi simbol teknokrat yang mampu memimpin negara dan membawa perubahan.


Keluarga dan Pendidikan

B.J. Habibie adalah anak keempat dari delapan bersaudara. Ayahnya, Alwi Abdul Jalil Habibie, berasal dari Gorontalo dan berprofesi sebagai ahli pertanian. Sedangkan ibu B.J. Habibie, R.A. Tuti Marini Puspowardojo, berasal dari Jawa.

Ayah B.J. Habibie memiliki marga "Habibie", salah satu marga asli di Gorontalo. Kakek B.J. Habibie merupakan seorang pemuka agama, anggota majelis peradilan agama, serta salah satu pemangku adat Gorontalo yang tersohor. Keluarga besar Habibie di Gorontalo terkenal gemar beternak sapi, memiliki kuda dalam jumlah banyak, dan memiliki perkebunan kopi.

Ibu B.J. Habibie adalah anak seorang dokter spesialis mata di Yogyakarta. Ayahnya, Puspowardojo, bertugas sebagai pemilik sekolah.

Kisah cinta B.J. Habibie dan Hasri Ainun Besari bersemi sejak mereka masih remaja. Pertemuan pertama mereka terjadi saat keduanya duduk di bangku SMP dan berlanjut saat mereka bersekolah di SMA Kristen Dago Bandung.

Ketika Habibie melanjutkan studi dan bekerja di Jerman Barat, komunikasi mereka sempat terputus. Namun, cinta mereka tidak pudar. Ainun tetap setia menunggu Habibie di Indonesia sambil menyelesaikan studinya di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Pada tanggal 12 Mei 1962, Habibie dan Ainun akhirnya menikah di Rangga Malela, Bandung. Akad nikah mereka digelar dengan adat Jawa, sedangkan resepsi pernikahannya diadakan keesokan harinya dengan adat Gorontalo di Hotel Preanger.

Setelah menikah, Ainun dihadapkan pada dua pilihan: tetap bekerja di rumah sakit anak-anak di Hamburg atau mendampingi Habibie sebagai istri dan ibu rumah tangga. Ainun memilih untuk mendukung karir Habibie dan menjadi sumber kekuatan di balik layar.

Pernikahan Habibie dan Ainun dikaruniai dua orang putra, yaitu Ilham Akbar Habibie dan Thareq Kemal Habibie. Kehidupan pernikahan mereka penuh dengan cinta, kasih sayang, dan kesetiaan, dan menjadi inspirasi bagi banyak orang.


Pendidikan 

Pada tahun 1954, B.J. Habibie menempuh pendidikan di Fakultas Teknik Universitas Indonesia Bandung (sekarang Institut Teknologi Bandung). Di sana, beliau mempelajari bidang teknik mesin.

Setahun kemudian, tahun 1955, Habibie melanjutkan studinya di RWTH Aachen, Jerman Barat. Beliau fokus pada teknik penerbangan dengan spesialisasi konstruksi pesawat terbang.

Ketekunan Habibie dalam studi membawanya meraih dua gelar bergengsi. Pada tahun 1960, beliau mendapatkan gelar diploma insinyur. Kemudian, pada tahun 1965, beliau berhasil meraih gelar doktor insinyur dengan predikat summa cum laude, yang merupakan pencapaian luar biasa.


Kematian

Mantan Presiden B.J. Habibie Tutup Usia, Dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata. Pada tanggal 11 September 2019, B.J. Habibie, presiden ketiga Republik Indonesia, menghembuskan nafas terakhirnya di RSPAD Gatot Soebroto pada pukul 18.05 WIB. Beliau wafat karena gagal jantung setelah menjalani perawatan intensif sejak 1 September 2019.

Sehari sebelum dimakamkan, jenazah B.J. Habibie dibawa dari RSPAD ke kediamannya di Jalan Patra Kuningan XIII Blok L15/7 No.5 untuk disemayamkan. Pada tanggal 12 September 2019 pukul 14.00 WIB, beliau dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata slot 120, di samping mendiang istrinya, Hasri Ainun Besari. Upacara pemakaman dipimpin langsung oleh Presiden Joko Widodo sebagai inspektur upacara.

B.J. Habibie menjadi presiden Indonesia pertama yang dikebumikan di Taman Makam Pahlawan di ibukota Jakarta. Para presiden sebelumnya, Sukarno dan Abdurrahman Wahid, dimakamkan di Jawa Timur, sedangkan Suharto dimakamkan di Karanganyar, Jawa Tengah.

Kabar duka ini turut mengundang belasungkawa dari Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad. Lewat akun Twitternya, beliau menyampaikan rasa dukacita kepada rakyat Indonesia atas kepergian B.J. Habibie. Mahathir yang pernah bekerja sama dengan Habibie saat menjabat sebagai Perdana Menteri pada periode 1998-1999, mengaku sangat sedih atas kepergiannya.


Kesimpulan

Pendidikan B.J. Habibie menunjukkan dedikasinya pada bidang teknik, khususnya teknik penerbangan. Beliau menempuh pendidikan di perguruan tinggi ternama dan meraih gelar bergengsi dengan predikat terbaik. Hal ini menjadi landasan bagi beliau untuk berkontribusi besar dalam pengembangan teknologi di Indonesia.




Baca Juga

News