Slider

Sutan Syahrir, Perdana Menteri Pertama dan Diplomat Ulung Indonesia

sutan sjahrir


Sutan Syahrir lahir pada tanggal 5 Maret 1909 di Padang Panjang, Sumatera Barat. Ayahnya, Mohammad Rasad dengan gelar Maharaja Soetan bin Leman dan gelar Soetan Palindih dari Koto Gadang, serta ibunya, Puti Siti Rabiah, melahirkan dia.

Pendidikan awal Sutan Syahrir dijalani di Sekolah Melayu Padang Panjang, dilanjutkan ke MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) di Padang. Setelah menyelesaikan MULO, ia melanjutkan pendidikan ke AMS (Algemene Middelbare School) di Batavia (Jakarta).

Pada tahun 1929, Sutan Syahrir berangkat ke Belanda untuk menempuh pendidikan di Universitas Amsterdam. Di sana, dia mengambil jurusan hukum dan ilmu politik sambil aktif dalam Perhimpunan Indonesia (PI), sebuah organisasi pelajar Indonesia.

Dalam PI, Sutan Syahrir berkolaborasi dengan tokoh nasionalis Indonesia seperti Mohammad Hatta, Ki Hajar Dewantara, dan Ir. Soekarno, semuanya memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

Setelah lulus dari Universitas Amsterdam pada tahun 1931, Sutan Syahrir kembali ke Indonesia dan terlibat aktif dalam gerakan kemerdekaan. Ia turut mendirikan Partai Indonesia (Partindo), salah satu partai politik pionir di Indonesia.

Pada tahun 1942, saat Jepang menduduki Indonesia, Sutan Syahrir ditangkap dan diasingkan ke Sukabumi. Namun, ia berhasil kabur dan bergabung dengan gerakan bawah tanah.

Saar Indonesia menyatakan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945, Sutan Syahrir diangkat menjadi Perdana Menteri pertama. Masa kepemimpinannya hingga tahun 1947 sangat krusial dalam diplomasi Indonesia untuk mendapatkan pengakuan internasional.

Pada tahun 1947, Sutan Syahrir mengundurkan diri dari jabatan Perdana Menteri dan beralih menjadi anggota Dewan Pertimbangan Agung (DPA) dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).

Wafatnya Sutan Syahrir terjadi di Zürich, Swiss, pada tanggal 9 April 1966. Ia dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta.

Sutan Syahrir, seorang figur penting dalam sejarah Indonesia, dikenal sebagai intelektual, revolusioner, dan diplomat yang sangat berperan dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.


Karya Tulis Sutan Syahrir

Sutan Syahrir, seorang intelektual produktif dalam dunia tulis-menulis, telah menciptakan sejumlah karya penting, termasuk artikel, buku, dan pidato. Setiap karyanya mencerminkan pandangan progresif dan modernnya.

Beberapa karya terkenal Sutan Syahrir antara lain:

  1. "Perjuangan Kita" (1928)
  2. "Renungan dan Perjuangan" (1935)
  3. "Membangun Kembali Indonesia" (1948)
  4. "Pandangan Politik Saya" (1966)

Dalam "Perjuangan Kita," Sutan Syahrir mengungkapkan pandangannya tentang urgensi kemerdekaan bagi Indonesia serta kritiknya terhadap kolonialisme dan imperialisme yang menjadi penyebab penderitaan bangsa-bangsa dunia.

Dalam "Renungan dan Perjuangan," Sutan Syahrir memaparkan pandangannya mengenai masalah-masalah yang dihadapi Indonesia seperti kemiskinan, kebodohan, dan ketimpangan sosial, serta gagasannya mengenai pembangunan bangsa.

Di "Membangun Kembali Indonesia," Sutan Syahrir merumuskan pemikirannya tentang strategi pembangunan pasca-kemerdekaan, menekankan pentingnya pembangunan ekonomi, sosial, serta pendidikan dan kebudayaan.

Dalam "Pandangan Politik Saya," Sutan Syahrir mengulas beragam masalah politik yang dihadapi Indonesia, termasuk kritiknya terhadap sistem demokrasi parlementer yang menurutnya tidak cocok untuk Indonesia.

Tak hanya karya-karya tersebut, Sutan Syahrir juga aktif menulis artikel di media massa dan memberikan pidato di berbagai forum. Kejernihan dan ketajamannya dalam berpikir selalu menarik perhatian publik.

Karya-karya Sutan Syahrir memberikan kontribusi besar dalam ranah pemikiran politik dan sosial di Indonesia. Relevansi karyanya masih terasa hingga kini dan terus menjadi acuan penting bagi pemikir dan aktivis Indonesia.

Sutan Syahrir secara resmi diangkat sebagai Pahlawan Nasional Indonesia pada 9 April 1966 melalui Keputusan Presiden nomor 76 tahun 1966. Pengangkatan ini dilakukan langsung oleh Presiden Soekarno pada hari wafatnya Sutan Syahrir.


Ada beberapa alasan yang menjadikan Sutan Syahrir pantas dianggap sebagai Pahlawan Nasional:

1. Peran penting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia: 

Sutan Syahrir merupakan salah satu tokoh utama dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Dia tidak hanya membantu membangun kesadaran nasional, mendirikan partai politik, tetapi juga mengemban peran diplomasi untuk mendapatkan pengakuan internasional bagi Indonesia.

2. Pemikir dan intelektual yang brilian: 

Sutan Syahrir dikenal sebagai pemikir dan intelektual cemerlang. Karya-karyanya penuh dengan kritik terhadap kolonialisme, gagasan tentang pembangunan bangsa, serta pandangannya dalam bidang politik.

3. Diplomat ulung: 

Keahliannya dalam diplomasi menjadi sorotan. Sutan Syahrir berhasil memperoleh pengakuan kedaulatan Indonesia dari Belanda melalui Perjanjian Renville.

4. Pendukung keadilan sosial: 

Sutan Syahrir memperjuangkan keadilan sosial dan kesejahteraan rakyat. Kritiknya terhadap sistem feodalisme dan ketidakadilan di masyarakat Indonesia menggambarkan perjuangannya.

Berbagai jasa-jasanya menjadikan Sutan Syahrir patut dihormati sebagai Pahlawan Nasional Indonesia.




Baca Juga

News