Jenderal Soedirman, Dari Santri Jadi Panglima Besar TNI
Pendidikan Soedirman dimulai di Hollandsch-Inlandsche School (HIS) Cilacap pada 1923. Setelah lulus, ia melanjutkan ke Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) Purwokerto. Pada 1935, ia masuk Sekolah Guru Kepandaian Rakyat (SKKP) Purwokerto, tapi hanya sebentar karena sakit.
Pada 1936, Soedirman menjadi guru di Sekolah Dasar Muhammadiyah di Cilacap, sambil aktif di kegiatan Muhammadiyah. Tahun 1937, ia terpilih sebagai Ketua Kelompok Pemuda Muhammadiyah Kecamatan Banyumas.
Di masa pendudukan Jepang, Soedirman aktif dalam Peta (Pembela Tanah Air) dan menjadi Komandan Batalyon IV Resimen VIII. Pada 12 Oktober 1945, ia diangkat sebagai Panglima Besar Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Soedirman memimpin TNI dalam berbagai pertempuran melawan Belanda, termasuk Serangan Umum 1 Maret 1949, yang krusial dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Pada 29 Januari 1950, Soedirman wafat di Magelang, Jawa Tengah, pada usia 34 tahun, dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta. Ia merupakan salah satu pahlawan perjuangan kemerdekaan, dikenal sebagai cerdas, tangguh, dan patriotik, serta dekat dengan rakyat.
Peran penting Soedirman dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia antara lain:
- Memimpin TNI dalam pertempuran melawan Belanda, termasuk Serangan Umum 1 Maret 1949.
- Membangkitkan semangat juang rakyat Indonesia di saat-saat sulit.
- Menjadi lambang perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Aspek Keislaman Jenderal Soedirman
Jenderal Soedirman adalah seorang yang teguh dalam ajaran Islam. Lahir dan tumbuh dalam keluarga yang kental dengan keimanan, ia sudah terdidik sejak kecil untuk menjalankan ajaran Islam dalam kehidupannya sehari-hari dan dalam perjuangannya melawan penjajah.
Beberapa bukti sisi keislaman Jenderal Soedirman:
Kehidupan awalnya diwarnai oleh lingkungan keluarga yang sangat taat beragama Islam. Ayahnya, Karsid Kartawiuraji, adalah seorang guru agama yang aktif dalam kegiatan keagamaan. Begitu pula dengan ibunya, Siyem, yang juga menampilkan keteguhan iman.
Pendidikannya dijalani di sekolah-sekolah Muhammadiyah seperti HIS Muhammadiyah Cilacap dan MULO Muhammadiyah Purwokerto. Muhammadiyah, sebagai organisasi Islam, memperjuangkan nilai-nilai keislaman.
Aktif dalam berbagai kegiatan keagamaan, Soedirman terlibat dalam pengajian, tabligh akbar, dan berbagai kegiatan sosial keagamaan lainnya di Muhammadiyah.
Konsistensi Soedirman dalam menjalankan ajaran Islam tercermin dalam ketaatan dirinya dalam melakukan ibadah rutin seperti salat, puasa, zakat, dan haji, serta menjaga moralitas dan akhlaknya sejalan dengan ajaran agama.
Dalam perjuangannya melawan penjajah, Soedirman senantiasa mengedepankan nilai-nilai keislaman. Ia mendorong para prajuritnya untuk berjuang atas dasar agama, bangsa, dan negara, sering kali menggunakan ayat-ayat Al-Qur'an dan hadits sebagai motivasi.
Satu contoh konkret dari keislaman Soedirman dalam perjuangannya adalah saat memimpin Serangan Umum 1 Maret 1949. Serangan ini dilakukan oleh TNI di Yogyakarta pada tanggal tersebut, menggemparkan Belanda dan menjadi tonggak penting dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Dalam persiapan Serangan Umum 1 Maret 1949, Soedirman rajin membaca Al-Qur'an dan berdoa kepada Allah SWT. Ia meminta dukungan dari para ulama dan umat Islam. Kesuksesan Serangan Umum 1 Maret 1949 adalah bukti nyata semangat juang Soedirman yang diperkokoh oleh nilai-nilai keislaman.
Sikap dan perilaku Soedirman yang sangat menghormati ajaran Islam menjadi panutan bagi umat Islam di Indonesia. Sosoknya yang inspiratif melambangkan semangat perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Jenderal Soedirman dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional Indonesia pada 10 Desember 1964 melalui Keputusan Presiden No. 314 Tahun 1964 yang ditandatangani oleh Presiden Soekarno.
Perannya dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia sangat berjasa, memimpin TNI dalam serangkaian pertempuran melawan Belanda, termasuk di dalamnya Serangan Umum 1 Maret 1949 yang menjadi momen krusial dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Selain keberaniannya di medan perang, Soedirman dikenal sebagai figur cerdas, kuat, dan penuh dengan semangat patriotik. Ketulusannya dan kedekatannya dengan rakyat juga melekat pada citranya.
Pengakuan Soedirman sebagai Pahlawan Nasional adalah simbol penghargaan tertinggi yang diberikan pemerintah Indonesia atas kontribusi luar biasanya dalam perjuangan meraih kemerdekaan.