Cara Alami Menghilangkan Kerutan di Dahi Secara Efektif
April 09, 2025
Buya Hamka, Abdul Malik Karim Amrullah lahir di Bukittinggi, Sumatera Barat, pada 17 Februari 1908. Ia merupakan ulama, sastrawan, dan cendekiawan Muslim Indonesia.
Keturunan dari keluarga ulama, ayahnya, Haji Abdul Karim Amrullah, merupakan ulama dan reformis Islam di Minangkabau. Hamka memulai pendidikan dasarnya di Sekolah Dasar Muhammadiyah Bukittinggi dan melanjutkan ke Madrasah Tarbiyah Islamiyah Padang Panjang.
Tahun 1927, Hamka berangkat ke Mekah untuk menunaikan ibadah haji dan memperdalam ilmu agama Islam dari ulama terkemuka seperti Syekh Muhammad Amin al-Kutubi, Syekh Muhammad Said al-Yamani, dan Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi.
Setelah pulang dari Mekah, Hamka aktif dalam organisasi Islam seperti Muhammadiyah dan Persatuan Islam (Persis). Tulisannya tersebar di media massa, baik di dalam maupun luar negeri.
Hamka dikenal sebagai ulama progresif dan moderat. Ia menolak konsep negara Islam yang kaku dan eksklusif, memandang Islam sebagai moralitas bangsa tanpa memaksa umat non-Muslim.
Wafat di Jakarta pada 24 Juli 1981, meninggalkan warisan di Pemakaman Tanah Kusir, Jakarta.
Karya-karya Buya Hamka:
Karya-karya Buya Hamka tak hanya berpengaruh dalam sastra, tapi juga dalam pemikiran Islam dan politik, memberi inspirasi dan kontribusi besar bagi Indonesia.
Sebagai sastrawan produktif, karya-karyanya termasuk novel, puisi, dan drama. Karyanya diterjemahkan ke berbagai bahasa seperti Inggris, Arab, dan Belanda.
Berikut beberapa karya terkenal Buya Hamka:
Aktif di bidang politik, Hamka menjadi Menteri Agama pada Kabinet Natsir (1950-1951) dan anggota Dewan Konstituante (1955-1959).
Berikut beberapa karya Buya Hamka yang menginspirasi:
Karya-karya Hamka masih relevan dan memberi inspirasi untuk menjadi pribadi yang lebih baik.
Buya Hamka berperan besar di Indonesia, terutama dalam sastra, pemikiran Islam, dan politik.
Sebagai tokoh sastra ternama, karyanya menjadi inspirasi besar dan mewarnai perkembangan sastra Indonesia.
Dalam pemikiran Islam, Hamka dikenal sebagai ulama progresif dan moderat. Ia menentang konsep negara Islam yang rigid dan memandang Islam sebagai moralitas bangsa, tanpa dipaksakan pada umat non-Muslim.
Dalam politik, Hamka pernah menjabat sebagai Menteri Agama pada Kabinet Natsir dan anggota Dewan Konstituante, aktif dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Berikut beberapa kontribusi Hamka:
Mengangkat Sastra Indonesia: Karya-karyanya dalam bentuk novel, puisi, dan drama, diterjemahkan ke berbagai bahasa, membawa inspirasi dan kemajuan signifikan bagi sastra Indonesia.
Pemikiran Islam Moderat: Pendiri pemikiran inklusif dan toleran, membawa sumbangan besar bagi perkembangan Islam di Indonesia, menjadikan Islam sebagai moralitas tanpa eksklusivitas.
Perjuangan Kemerdekaan: Aktif dalam organisasi kemerdekaan, seperti Muhammadiyah dan Persatuan Islam, membangkitkan semangat melawan penjajahan.
Buya Hamka, dengan jasanya dalam sastra, pemikiran Islam yang inklusif, dan perjuangan kemerdekaan, memberikan kontribusi tak ternilai bagi kemajuan Indonesia.
Buya Hamka diangkat sebagai Pahlawan Nasional oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 7 November 2011 melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 115/TK/Tahun 2011. Penetapan ini mengenai Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional untuk Abdul Malik Karim Amrullah, atau yang dikenal sebagai Buya Hamka.
Penghormatan ini diberikan berdasarkan pengakuan atas kontribusi luar biasa Buya Hamka bagi bangsa dan negara, khususnya dalam bidang sastra, pemikiran Islam, dan politik.
Pengangkatan Buya Hamka sebagai Pahlawan Nasional mencerminkan penghargaan dari pemerintah Indonesia terhadap jasa-jasanya yang besar bagi kemajuan bangsa dan negara.